Foto: suaramerdeka.com / dok

Muhasabah wat Tarbiyah di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi merupakan suatu kegiatan pesantren yang bersifat situasional, termasuk menjelang libur panjang setelah penilaian akhir semester (PAS) gasal. Ribuan santri mendengarkan nasihat dan arahan pengasuh ponpes menjelang libur panjang semester gasal, di Kampus 3 Pondok Pesantren Askhabul Kahfi, Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Dalam acara ini, Pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi KH. Masruchan Bisri memberikan arahan dan nasihat kepada para santri, agar supaya memiliki lima kriteria umat Nabi Muhammad SAW.

Firman Allah Q.S Al Fath ayat 29, yang artinya “ Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan Dia, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud”.


Kriteria umat Nabi Muhammad SAW :



1. Keras terhadap orang-orang kafir


Dijelaskan dalam Kitab Tafsir Ruhul Ma`ani, juz 14 hal. 149, bahwa kata أَشِدَّاءُ adalah jama` dari mufrod شَدِيْدٌ yang artinya kasar / keras. Jadi makna asy-syidda` `alal kuffar (الْكُفَّارِ عَلَى أَشِدَّاءُ ): اَعْدَاءِالدِّيْن وَشِدَّةعَلَى  غِلْظَة  فِيْهِمْ اَنَّ, artinya : “ Nabi dan orang-orang yang bersamanya ( para sahabat ) bersifat kasar dan keras terhadap orang-orang kafir yang memusuhi agama (اَعْدَاءُالدِّيْن)”.  Sifat kasar  / kerasnya Nabi dan para sahabatnya muncul dikarenakan adanya pemicu yang mengancam dan memusuhi agama, tidak ada penyebab yang lain.

Dijelaskan pula di dalam Kitab Tafsir Al Munir Juz 13 Hal. 534 : والمعنى:اَنَّهُمْ يَغْلِظُوْنَ فِىْ الْقِتَالِ عَلَىْ اَعْدَائِهِمْ, artinya : “ Mereka keras terhadap musuh-musuh mereka di dalam medan peperangan”. Jadi jelas, bahwa sifat kasar/kerasnya Nabi dan para sahabatnya, hanyalah untuk mengusir dan menghalau para musuh, bukan sifat asli yang nampak pada diri mereka setiap hari. Adapun sifat-sifat yang selalu melekat pada diri mereka setiap saat ialah, lembut, kasih sayang, dan berakhlak baik kepada siapapun, sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, yang artinya “Bertaqwalah kepada Allah SWT dimanapun kamu berada, dan ikutilah/iringilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan yang baik, maka perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan yang jelek, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik”. Dalam hadits yang lain, artinya “ Allah tidak akan mengasihi kepada orang yang tidak mengasihi kepada manusia/orang lain “. ( HR. Bukhori, Muslim dan At-Tirmidzi )


2. Berkasih sayang kepada sesama orang mukmin


Kasih sayang orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain, seperti digambarkan oleh Rosulullah SAW dalam suatu hadits yang shohih, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad dari Abi Hurairah, artinya “ Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan saling ber-empati diantara mereka, seperti satu tubuh, ketika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh yang lain ikut bersimpati, dengan tidak bisa tidur dan demam”.

Dalam hadits yang lain "Orang mukmin satu dengan orang mukmin lainnya, seperti sebuah bangunan yang antara satu bagian dengan bagian lain saling menopang dan saling menguatkan”. (HR. Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa`i ).

Hendaknya setiap orang mukmin, memiliki sifat-sifat terpuji dan mulia yang telah digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa haditsnya, jangan malah sebaliknya, yakni saling membenci, saling mencaci, saling mendengki, dsb. Nabi bersabda , yang artinya :” Hati-hatilah kalian dari hasud/dengki, karena sesungguhnya hasud/dengki itu memakan (menghancurkan ) kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar “. (HR. Bukhori-Muslim)

Orang yang selalu beribadah, akan tetapi hatinya dipenuhi dengan rasa dengki kepada orang lain, maka pahala ibadahnya akan hilang dan akan diberikan kepada orang yang di hasudi, oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk menghilangkan rasa dengki dan mau menerima serta menghargai keberhasilan orang lain.


3. Senantiasa mendirikan shalat


Umat Nabi Muhammad SAW yang sejati, pasti tidak akan pernah meninggalkan sholat, karena sholat merupakan tiang agama, shalat merupakan pembeda antara orang mukmin dan orang kafir. Shalat merupakan perisai untuk menangkal perbuatan keji dan mungkar. Shalat adalah amal yang akan dihisab pertama kali pada hari kiyamat dan akan menjadi penentu bagi amal ibadah lainnya, jika sholatnya baik dan diterima, maka seluruh amal yang lain ikut baik dan diterima.


4. Semua amal perbuatannya ditujukan untuk mencari anugerah dan ridho Allah SWT


Umat Nabi Muhammad SAW setiap kali akan melakukan suatu perbuatan, maka tidak akan melupakan niat yang baik, karena semua amal itu tergantung kepada niatnya, baik buruknya, diterima atau tidaknya.

Seorang petani, pedagang, pegawai, dll, meskipun pekerjaan yang mereka kerjakan bersifat duniawi (amal dunia), apabila diniati dengan niat yang baik, misal : niat mencari rejeki/nafkah untuk memenuhi kewajiban, maka amal ( pekerjaan ) tersebut akan menjadi amal ukhrowi ( bernilai ibadah ). Dan sebaliknya, sholat, ,membaca Al Qur`an, tabligh, dsb, apabila niatnya buruk, seperti : supaya dianggap orang khusyu`, ingin tenar dan sejenisnya,  maka tidak ada artinya disisi Allah ( tidak ada nilai ibadahnya ). Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadits, yang artinya : “ Banyak amal perbuatan yang berupa amal dunia, disebabkan niat yang baik, maka amal itu akan menjadi amal akherat ( berpahala ) dan banyak amal yang berupa amal akherat, disebabkan buruknya niat, maka amal itu akan menjadi amal dunia ( tidak akan mendapat pahala)”.


5. Terdapat tanda-tanda bekas sujud di raut mukanya


Kata وُجُوْه yang terdapat dalam kalimat فِىْ وُجُوْهِهِمْ adalah jama` taksir dari isim mufrod وَجْهٌ yang artinya raut muka, yang terdiri dari : dahi, hidung, pipi, dan lainnya. Dan tanda bekas sujud terdapat di raut muka  (وَجْهٌ) bukan pada salah satu bagian muka (عُضْوٌ مِنَ الْوَجْهِ). Kata Assujud (اَلسُّجُوْد) dalam kalimat  مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد adalah majaz mursal min ithlaqil juz wa irodatil kul (مَجَزْ مُرْسَلْ مِنْ اِطْلاَقِ الْجُزْوَاِرَاَدَةِالْكُل  ), diungkapkan sebagian tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan. Dalam hal ini berarti, kata sujud maknanya adalah sholat. Sujud adalah bagian daripada rukun sholat dan merupakan rukun yang paling agung (اَعْظَمُ الْاَرْكَانْ).

 Dijelaskan dalam kitab Tafsir Al Munir juz 13 hal. 536, bahwa yang dimaksud اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud) : وُجُوْدٌالنُّوْرِوَالْبَهَاءِوَالْوِقَارِفِيْ الْوَجْهِ وَالسُّمْتِ الْحَسَنِ وَالْخُشُوْعِ,   artinya : “Adanya sinar, keanggunan/keteduhan, ketenangan yang memancar pada raut muka, serta penampilan yang baik dan khusyu`”. Sholat yang dilakukan dengan baik, benar menurut syariat, khusyu` dan ikhlas, maka sholatnya akan membekas, dan bekasnya akan terlihat di raut mukanya, wajahnya nampak bersinar, anggun, tenang dan bersahaja.

 Tidak semua orang yang sudah menjalankan sholat mampu menciptakan اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud ) dan juga tidak semua orang bisa menangkap dan melihat bekas sujud yang terdapat pada raut muka seseorang. Meski demikian, kita tidak usah risau dan repot-repot untuk membuat tanda bekas sujud sendiri, karena yang seperti ini kebanyakan ulama` ingkar, sebab dikhawatirkan akan menimbulkan sifat riya` dan nifaq, yang kedua sifat ini akan menghapuskan pahala ibadah.

Namun yang terpenting bagi kita adalah, kita selalu melaksanakan sholat secara istiqomah, memenuhi syarat-syaratnya yang berjumlah empat, menjalankan semua rukun-rukunya yang berjumlah 17, serta ditambah dengan sunnah-sunnahnya, dan disertai dengan khudhur, khudhu`, khusyu` dan ikhlas, maka dengan cara seperti ini akan muncul dengan sendirinya bekas sujud di raut muka yang kita inginkan bersama.

Begitu pula amal-amal kebajikan yang dilaksanakan dengan baik dan ikhlas, maka akan menumbuhkan sinar dalam hati dan cahaya dalam wajah. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama,

قَالَ بعضهم : اِنَّ لِلْحَسَنَةِ نُوْرًافِيْ الْقَلْبِ وَضِيَاءً فِيْ الْوَجْهِ وَسَعَةَ فِىْ الرِّزْقِ وَمَحَبَةً فِيْ قُلُوْبِ النَّاسِ.

Artinya :” Sesungguhnya amal kebaikan meninggalkan jejak sinar dalam hati, cahaya di wajah, keluasan dalam rizki dan kasih sayang dalam hati orang-orang”.

 Seseorang yang dalam hatinya terpendam kejahatan dan i`tiqod yang buruk, maka akan nampak jelas diraut mukanya, yakni: ciut, suram dan bengis serta ucapannya banyak yang melenceng dan salah. Amirul mukminin Usman RA, berkata: “ Seseorang tidak memendam sesuatu dalam hatinya, melainkan Allah SWT akan menampakkannya melalui raut mukanya dan salah dalam ucapannya “.

Begitu pula orang yang senantiasa beribadah, berbuat kebaikan, beramal sholeh, yang disertai dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT, maka akan nampak kelembutan, keanggunan, keteduhan, dan manis berseri-seri pada raut mukanya. Oleh karena itu Umar bin Khattab berkata, yang artinya “ Barang siapa yang memperbaiki bathinnya, maka Allah akan memperbaiki lahirnya”.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa`id Al Khudri, Rosullullah SAW bersabda: "Seandainya seseorang dari kalian melakukan amal dalam sebuah batu yang tertutup rapat, tanpa ada pintu dan celah di dalamnya, niscaya amalnya akan diketahui oleh orang-orang apapun amalnya itu”. (HR. Imam Ahmad ). Maksudnya ialah amal tersebut akan membekas dan tanda bekasnya bisa diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bebas tapi sopan!!!...

Bottom Ad [Post Page]

Back To Top