eventpendidikanpolemik masyarakat pesantren menjawab
Tafsir 5 ayat pertama Alquran | Muhasabah Watarbiyah Pertama Tahun Ajaran 2019-2020
Untuk meningkatkan semangat belajar para santri maka dalam acara ini pengasuh ponpes Askhabul Kahfi KH. Masruchan Bisri menerangkan tafsir 5 ayat yang pertama kali di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang di antara intinya ialah menjelaskan bahwa dakwah Islam di mulai dengan menganjurkan untuk membaca dan menulis.
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan Nabi agar membaca, meskipun Nabi seorang ummi (buta huruf) keadaan ini tidak ada kontradiksi di dalamnya, namun ini merupakan suatu mu`jizat agung dari Allah kepadanya.
Seorang yang buta huruf menjadi seorang pengajar kebenaran yang ajarannya berlaku bagi seluruh umat manusia seluruh dunia sepanjang masa.
Dalam ayat ini pula Allah telah menyifati diri-Nya bahwa Dia adalah dzat yang Maha Menciptakan, demikian ini untuk mengingatkan manusia atas kenikmatan pertama yang paling agung yaitu, diciptakannya sebagai manusia.
Dalam ayat ini Allah berfirman (bismirobbika) bukan (bismillah), karena lafal Robb termasuk sifat fi`il (perbuatan) sedangkan lafal Allah termasuk nama Dzat.
Lafal Robb mempunyai makna Tuhan yang mengatur, yang merawat, dan peduli terhadap kemaslahatan
Allah SWT menyandarkan Dzat-Nya kepada Rosul-Nya (bismirobbika).
Hal ini untuk menunjukkan bahwasanya Allah SWT selalu ada bagi Nabi (pertolongan-Nya) dan segala kemanfaatan-Nya akan senantiasa tercurah kepada beliau.
Maksud ayat tersebut ialah: Allah SWT menciptakan keturunan Nabi Adam yang di mulai dari segumpal darah beku yang dinamakan alaqoh, yang merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan janin.
Janin pertama kali berupa Nutfah (sperma), kemudian berubah menjadi Muthgoh (segumpal daging) dan kemudian terbentuklah tulang belulang, daging, dan akhirnya menjadi manusia seutuhnya atas kuasa Allah SWT.
Para ulama` berpendapat : penyebutan bentuk jamak pada kata عَلَق maksudnya adalah menerangkan bahwa kata الْاِنْسَان yang di sebutkan sebelumnya bermakna jamak, (kata insan dapat di gunakan dalam bentuk tunggal dan dapat juga di gunakan dalam bentuk jamak) yakni, seluruh manusia di ciptakan dari gumpalan darah, setelah sebelumnya berbentuk air mani.
Adapun penyebutan insan pada ayat ini secara khusus, karena manusia memiliki kemuliyaan / kehormatan yang lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menurut pendapat lain, bahwa penyebutan manusia secara khusus adalah untuk menjelaskan kadar nikmat yang diberikan kepada mereka, yakni manusia di ciptakan bermula dari gumpalan darah yang hina, lalu setelah itu mereka menjadi seorang manusia yang sempurna yang memiliki akal dan dapat membedakan segalanya.
Lafal وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ adalah jumlah ismiyah dalam mahal nasab yang menjadi khal dari dhomir yang ada pada lafal اِقْرَأْ. Kata الْاَكْرَمُ pada ayat ini bermakna الْكَرِيْم yang Maha Pemurah (para ulama` berkata: yang memberi tanpa timbal balik, dan tidak menanti penggantian).
Pada ayat ini Allah SWT mengingatkan kepada manusia akan fadhilah ilmu menulis, karena di dalam ilmu penulisan terdapat khikmah dan manfaat yang sangat besar, yang tidak dapat dihasilkan kecuali melalui penulisan.
Kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah mungkin tidak akan bertahan lama jika tidak ada ilmu penulisan, dengan penulisan maka qishoh dan sejarah kaum-kaum terdahulu akan di mengerti.
Tulisan merupakan instrumen peralihan ilmu antara suatu kaum dan bangsa, ilmu pengetahuan akan terlestarikan dan berkembang, pemikiran semakin maju,agama akan terjaga, peraturan akan berjalan, semua itu berkat adanya ilmu penulisan.
Penulisan juga merupakan salah satu alat pengikat ilmu pengetahuan yang sangat kuat. Dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda : قَيِّدُوْالْعِلْمَ بِالْكِتَابَةِ ” Ikatlah ilmu dengan Tulisan” (HR. Thobroni dan Hakim).
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah qolam/pena.
Dalam hadits shohih Nabi bersabda :” Makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah pena”. Lantas Allah berfirman kepadanya,” Tulislah !”. Lantas pena menulis segala sesuatu ( takdir ) hingga akhir qiyamat. Takdir tersebut ada di sisi-Nya di atas arsy-Nya.
Orang yang pertama kali menulis dengan pena adalah Nabi Idris A.S, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi SAW bersabda :” Orang pertama yang menulis dengan pena adalah Nabi idris A.S”.
Para ulama` berkata : Qolam (pena) terbagi menjadi 3, pertama Qolam yang diciptakan oleh Allah langsung (بيده ) dengan kekuasaan-Nya, qolam ini diperintahkan oleh Allah untuk menulis sendiri apa yang di kehendaki-Nya, yang kedua Qolamnya para malaikat, qolam ini diserahkan oleh Allah SWT kepada para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh taqdir, kejadian alam semesta, dan amal perbuatan.
Yang ketiga adalah qolam manusia, Allah mengajarkan ilmu qolam kepada manusia agar mereka dapat menuliskan apa yang ingin mereka tulis dan meraih apa yang mereka maksudkan.
Segala sesuatu diberitahukan kepada Nabi Adam AS, nama-namanya dengan segala bahasa. Kemudian semua ilmu yang diberikan kepada Nabi Adam AS itu diwariskan kepada anak cucunya secara turun temurun, terbawa ke seluruh pelosok bumi, dari satu kaum ke kaum lainnya, hingga datangnya hari qiyamat. (Ket : Tafsir Jalalain, Tafsir Al Munir, Tafsir Qurthubi, Tafsir Tobari, Tafsir Adhwa`ul Bayan, dan Tafsir Ibnu Katsir).
Secara eksplisit maupun implisit banyak pengetahuan dan pelajaran yang terkandung di dalam 5 ayat tersebut. Untuk itu marilah kita memperbanyak membaca Al Qur`an, karena membaca Al Qur`an adalah merupakan salah satu ibadah yang pahalanya besar, meskipun belum tahu arti dan maknanya.
Di samping itu marilah kita senantiasa mempelajari isi dan kandungannya dengan para guru yang mengerti tentang Al Qur`an ( tafsir Al Qur`an ) agar kita tidak gagal paham dan tidak keliru dalam mempraktekkannya, misal tentang bekas sujud ( مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ) yang terdapat dalam Surat Al Fath ayat 29 : “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”.
Menurut keterangan di beberapa kitab tafsir, bahwa yang di maksud مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud ) adalah lebih bersifat ma`nawi bukan dhohiri yang mudah sekali orang merekayasanya. Kata وُجُوْه adalah jamak dari isim mufrod وَجْهٌ yang artinya muka / raut muka yang terdiri dari beberapa bagian atau anggota seperti dahi, hidung, pipi, dll.
Kata السُّجُوْد adalah مِنْ اِطْلاَقِ الْجُزْوَاِرَاَةِالْكُل ( di ucapkan sebagian dan yang di maksud adalah keseluruhan ), dalam hal ini ialah sholat.
Adapun sujud merupakan اَعْظَمُ الْاَرْكَانْ ( rukun sholat yang paling agung ). مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد / bekas sujud ( jawa : labet ) sujud berada pada wajah / raut muka bukan di salah satu bagiannya, jadi yang dimaksud dengan مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud ) : وُجُوْدٌالنُّوْرِوَالْبَهَاءِوَالْوِقَارِفِيْ الْوَجْهِ وَالسُّمْتِ الْحَسَنِ وَالْخُشُوْعِ, artinya : “ adanya sinar, keanggunan/keteduhan, ketenangan yang memancar pada raut muka, serta penampilan yang baik dan khusyu`”.
Tidak setiap orang sholat mampu menciptakan bekas sujud dan tidak sembarang orang bisa melihat dan menangkap bekas sujud yang ada di muka orang lain, meskipun demikian kita tidak usah risau dan tidak usah membuat buat bekas sujud sendiri yang di tampakkan pada salah satu bagian muka, karena yang demikian ini menurut para ulama` adalah bentuk nifaq dan riya`, yang mana keduanya akan menghanguskan pahala.
Dan agar kita tidak serampangan dalam menerapkan dalil – dalil Al Qur`an, seperti mengganggap musyrik kepada orang yang membaca Al Qur`an di tempat tertentu padahal tidak ada larangan baik dari Al Qur`an maupun hadits, dan di dalamnya sama sekali tidak ada unsur kesyirikan.
Demikian ini bisa terjadi karena ada beberapa kemungkinan, pertama mungkin kita belum sampai pengetahuannya, mungkin kita mudah meniru-niru dan ikut-ikutan terhadap sesuatu yang kita sendiri belum mengerti yang sebenarnya, mungkin kita tidak mau mendengar dan belum mau belajar dengan para guru / ustadz yang mumpuni dan kompeten di bidangnya dan seterusnya.
Agar supaya kejadian seperti ini tidak berlanjut atau paling tidak semakin berkurang, maka marilah kita persiapkan generasi muda kita, generasi yang kuat ilmu, iman dan ekonomi, generasi yang moderat dan qur`ani, generasi yang meneladani budi pekerti kanjeng Nabi, generasi yang sangggup menjunjung tinggi nilai-nilai islami, generasi yang tidak hanya pandai menonjolkan simbol-simbol dhohiri sambil menakut-nakuti, generasi yang punya perasaan malu terhadap para pendiri bangsa dan menghargai serta berterima kasih kepada mereka karena jasa-jasanya yang sangat besar bagi bangsa dan Negara, dan generasi yang ikut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. (*)
iqro` bismi robbikallażī kholaq
iqro` : (bacalah), maf`ul ( obyek ) yang di baca menurut ulama` ahli tafsir adalah Al Qur`an. Maksudnya, bacalah ayat-ayat Al Qur`an yang diturunkan kepadamu dan awali bacaan itu dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan segala sesuatu.Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan Nabi agar membaca, meskipun Nabi seorang ummi (buta huruf) keadaan ini tidak ada kontradiksi di dalamnya, namun ini merupakan suatu mu`jizat agung dari Allah kepadanya.
Seorang yang buta huruf menjadi seorang pengajar kebenaran yang ajarannya berlaku bagi seluruh umat manusia seluruh dunia sepanjang masa.
Dalam ayat ini pula Allah telah menyifati diri-Nya bahwa Dia adalah dzat yang Maha Menciptakan, demikian ini untuk mengingatkan manusia atas kenikmatan pertama yang paling agung yaitu, diciptakannya sebagai manusia.
Dalam ayat ini Allah berfirman (bismirobbika) bukan (bismillah), karena lafal Robb termasuk sifat fi`il (perbuatan) sedangkan lafal Allah termasuk nama Dzat.
Lafal Robb mempunyai makna Tuhan yang mengatur, yang merawat, dan peduli terhadap kemaslahatan
Allah SWT menyandarkan Dzat-Nya kepada Rosul-Nya (bismirobbika).
Hal ini untuk menunjukkan bahwasanya Allah SWT selalu ada bagi Nabi (pertolongan-Nya) dan segala kemanfaatan-Nya akan senantiasa tercurah kepada beliau.
Kholaqol-insāna min 'alaq (Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah)
Kata Alaq (عَلَق) bentuk jamak dari Alaqoh, yang artinya: darah yang menggumpal, bukan darah yang mengalir, karena darah yang mengalir di sebut Damm Masfuuh.Maksud ayat tersebut ialah: Allah SWT menciptakan keturunan Nabi Adam yang di mulai dari segumpal darah beku yang dinamakan alaqoh, yang merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan janin.
Janin pertama kali berupa Nutfah (sperma), kemudian berubah menjadi Muthgoh (segumpal daging) dan kemudian terbentuklah tulang belulang, daging, dan akhirnya menjadi manusia seutuhnya atas kuasa Allah SWT.
Para ulama` berpendapat : penyebutan bentuk jamak pada kata عَلَق maksudnya adalah menerangkan bahwa kata الْاِنْسَان yang di sebutkan sebelumnya bermakna jamak, (kata insan dapat di gunakan dalam bentuk tunggal dan dapat juga di gunakan dalam bentuk jamak) yakni, seluruh manusia di ciptakan dari gumpalan darah, setelah sebelumnya berbentuk air mani.
Adapun penyebutan insan pada ayat ini secara khusus, karena manusia memiliki kemuliyaan / kehormatan yang lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menurut pendapat lain, bahwa penyebutan manusia secara khusus adalah untuk menjelaskan kadar nikmat yang diberikan kepada mereka, yakni manusia di ciptakan bermula dari gumpalan darah yang hina, lalu setelah itu mereka menjadi seorang manusia yang sempurna yang memiliki akal dan dapat membedakan segalanya.
iqro` wa robbukal-akrom (Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah)
Kata Iqro` (bacalah) diulang-ulang dengan tujuan littaukid (untuk menguatkan) karena sesungguhnya bacaan itu tidak akan terealisasi melainkan dengan terus mengulang.Lafal وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ adalah jumlah ismiyah dalam mahal nasab yang menjadi khal dari dhomir yang ada pada lafal اِقْرَأْ. Kata الْاَكْرَمُ pada ayat ini bermakna الْكَرِيْم yang Maha Pemurah (para ulama` berkata: yang memberi tanpa timbal balik, dan tidak menanti penggantian).
allażī 'allama bil-qolam “yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qolam (pena)”
yakni, Allah mengajarkan manusia untuk menulis dengan menggunakan alat tulis.Pada ayat ini Allah SWT mengingatkan kepada manusia akan fadhilah ilmu menulis, karena di dalam ilmu penulisan terdapat khikmah dan manfaat yang sangat besar, yang tidak dapat dihasilkan kecuali melalui penulisan.
Kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah mungkin tidak akan bertahan lama jika tidak ada ilmu penulisan, dengan penulisan maka qishoh dan sejarah kaum-kaum terdahulu akan di mengerti.
Tulisan merupakan instrumen peralihan ilmu antara suatu kaum dan bangsa, ilmu pengetahuan akan terlestarikan dan berkembang, pemikiran semakin maju,agama akan terjaga, peraturan akan berjalan, semua itu berkat adanya ilmu penulisan.
Penulisan juga merupakan salah satu alat pengikat ilmu pengetahuan yang sangat kuat. Dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda : قَيِّدُوْالْعِلْمَ بِالْكِتَابَةِ ” Ikatlah ilmu dengan Tulisan” (HR. Thobroni dan Hakim).
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah qolam/pena.
Dalam hadits shohih Nabi bersabda :” Makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah pena”. Lantas Allah berfirman kepadanya,” Tulislah !”. Lantas pena menulis segala sesuatu ( takdir ) hingga akhir qiyamat. Takdir tersebut ada di sisi-Nya di atas arsy-Nya.
Orang yang pertama kali menulis dengan pena adalah Nabi Idris A.S, diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi SAW bersabda :” Orang pertama yang menulis dengan pena adalah Nabi idris A.S”.
Para ulama` berkata : Qolam (pena) terbagi menjadi 3, pertama Qolam yang diciptakan oleh Allah langsung (بيده ) dengan kekuasaan-Nya, qolam ini diperintahkan oleh Allah untuk menulis sendiri apa yang di kehendaki-Nya, yang kedua Qolamnya para malaikat, qolam ini diserahkan oleh Allah SWT kepada para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh taqdir, kejadian alam semesta, dan amal perbuatan.
Yang ketiga adalah qolam manusia, Allah mengajarkan ilmu qolam kepada manusia agar mereka dapat menuliskan apa yang ingin mereka tulis dan meraih apa yang mereka maksudkan.
'allamal-insāna mā lam ya'lam (Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui)
Para ulama` menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata الْاِنْسَان ( manusia ) pada Ayat ini adalah Nabi Adam AS, beliau di ajari segala sesuatu. Dasar penafsirannya QS Al Baqoroh 31, artinya: “ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda ) seluruhnya”.Segala sesuatu diberitahukan kepada Nabi Adam AS, nama-namanya dengan segala bahasa. Kemudian semua ilmu yang diberikan kepada Nabi Adam AS itu diwariskan kepada anak cucunya secara turun temurun, terbawa ke seluruh pelosok bumi, dari satu kaum ke kaum lainnya, hingga datangnya hari qiyamat. (Ket : Tafsir Jalalain, Tafsir Al Munir, Tafsir Qurthubi, Tafsir Tobari, Tafsir Adhwa`ul Bayan, dan Tafsir Ibnu Katsir).
Pengetahuan dan Pelajaran
Secara eksplisit maupun implisit banyak pengetahuan dan pelajaran yang terkandung di dalam 5 ayat tersebut. Untuk itu marilah kita memperbanyak membaca Al Qur`an, karena membaca Al Qur`an adalah merupakan salah satu ibadah yang pahalanya besar, meskipun belum tahu arti dan maknanya.
Di samping itu marilah kita senantiasa mempelajari isi dan kandungannya dengan para guru yang mengerti tentang Al Qur`an ( tafsir Al Qur`an ) agar kita tidak gagal paham dan tidak keliru dalam mempraktekkannya, misal tentang bekas sujud ( مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ) yang terdapat dalam Surat Al Fath ayat 29 : “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”.
Menurut keterangan di beberapa kitab tafsir, bahwa yang di maksud مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud ) adalah lebih bersifat ma`nawi bukan dhohiri yang mudah sekali orang merekayasanya. Kata وُجُوْه adalah jamak dari isim mufrod وَجْهٌ yang artinya muka / raut muka yang terdiri dari beberapa bagian atau anggota seperti dahi, hidung, pipi, dll.
Kata السُّجُوْد adalah مِنْ اِطْلاَقِ الْجُزْوَاِرَاَةِالْكُل ( di ucapkan sebagian dan yang di maksud adalah keseluruhan ), dalam hal ini ialah sholat.
Adapun sujud merupakan اَعْظَمُ الْاَرْكَانْ ( rukun sholat yang paling agung ). مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد / bekas sujud ( jawa : labet ) sujud berada pada wajah / raut muka bukan di salah satu bagiannya, jadi yang dimaksud dengan مِنْ اَثَرِالسُّجُوْد ( bekas sujud ) : وُجُوْدٌالنُّوْرِوَالْبَهَاءِوَالْوِقَارِفِيْ الْوَجْهِ وَالسُّمْتِ الْحَسَنِ وَالْخُشُوْعِ, artinya : “ adanya sinar, keanggunan/keteduhan, ketenangan yang memancar pada raut muka, serta penampilan yang baik dan khusyu`”.
Tidak setiap orang sholat mampu menciptakan bekas sujud dan tidak sembarang orang bisa melihat dan menangkap bekas sujud yang ada di muka orang lain, meskipun demikian kita tidak usah risau dan tidak usah membuat buat bekas sujud sendiri yang di tampakkan pada salah satu bagian muka, karena yang demikian ini menurut para ulama` adalah bentuk nifaq dan riya`, yang mana keduanya akan menghanguskan pahala.
Dan agar kita tidak serampangan dalam menerapkan dalil – dalil Al Qur`an, seperti mengganggap musyrik kepada orang yang membaca Al Qur`an di tempat tertentu padahal tidak ada larangan baik dari Al Qur`an maupun hadits, dan di dalamnya sama sekali tidak ada unsur kesyirikan.
Demikian ini bisa terjadi karena ada beberapa kemungkinan, pertama mungkin kita belum sampai pengetahuannya, mungkin kita mudah meniru-niru dan ikut-ikutan terhadap sesuatu yang kita sendiri belum mengerti yang sebenarnya, mungkin kita tidak mau mendengar dan belum mau belajar dengan para guru / ustadz yang mumpuni dan kompeten di bidangnya dan seterusnya.
Agar supaya kejadian seperti ini tidak berlanjut atau paling tidak semakin berkurang, maka marilah kita persiapkan generasi muda kita, generasi yang kuat ilmu, iman dan ekonomi, generasi yang moderat dan qur`ani, generasi yang meneladani budi pekerti kanjeng Nabi, generasi yang sangggup menjunjung tinggi nilai-nilai islami, generasi yang tidak hanya pandai menonjolkan simbol-simbol dhohiri sambil menakut-nakuti, generasi yang punya perasaan malu terhadap para pendiri bangsa dan menghargai serta berterima kasih kepada mereka karena jasa-jasanya yang sangat besar bagi bangsa dan Negara, dan generasi yang ikut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bebas tapi sopan!!!...